HOME
Home » Oase » Ayah Sebagai Khalifah

Ayah Sebagai Khalifah

Posted at Januari 22nd, 2022 | Categorised in Oase

Suatu ketika, Khalifah Ali RA, seperti tersebut dalam kitab “Nahj Al-Balaghah” kedatangan oleh seseorang yang mengutuk, menyumpah dan melaknat dunia. Dunia, dikatakan orang itu sebagai penuh kesalahan, sumber kehancuran. Atas kisah itu, Fariduddin Attar, penyair sufi, pengarang “Musyawarah Burung” menggerakkan penanya:

Dunia adalah tempat terbaik bagimu
Di dalamnya kau dapat menyiapkan bekal
Dan siapkan dirimu bagi dunia lain
Jika kau berlaku demikian,
Dunia akan pantas bagimu

Dunia, bagi seorang muslim sejati, saya kira memang bukan tempat bersembunyi, berlari, mengubur mimpi. Dunia, seperti kata penyair itu, tempat terbaik untuk kita hadapi. Betapapun rumitnya kehidupan, betapapun banyaknya persoalan. Menyiapkan bekal, dengan kiprah terbaik menuju dunia lain (akhirat). Dunia, memang kompleks. Tapi, kita bisa mulai dengan membangun dunia kecil, apa itu? Rumah. Tak peduli rumah sendiri atau rumah sewaan. Rumah, bukan bentuknya, tapi maknanya.

Rumah, seperti dijelaskan Quraish Shihab dalam buku “Lentera Hati”, bahwa “Rumah” dalam bahasa Al-Qur’an adalah sakan atau maskan, dan bentuk jamaknya masakin. Sakan terambil dari akar kata yang berarti “Tenang”. Agaknya, Al-Qur’an menamai rumah demikian untuk mengisyaratkan bahwa rumah seharusnya memberikan ketenangan kepada penghuninya.

Masalahnya, bagaimana mencapai ketenangan itu? Sebelum menjawabnya, saya pernah mendapat “meme” di group WA yang cukup menggelitik “Keributan antara suami dan istri itu wajar, yang nggak wajar itu bukan suami istri tapi mesra”. Ahai. Perkara lain memang. Tapi yang pasti, saya kira ketenangan bakal tercapai ketika ada sesuatu yang menjadi kesepakatan dalam sebuah keluarga. Begitu juga ada pemimpin di dalamnya. Siapa dia? Dalam keluarga muslim yang “normal” ayah sosoknya. Ya, dalam keluarga, ayah adalah sosok khalifah.

Dia adalah pemimpin keluarga. Bertanggungjawab atas arah keluarga mau dibawa ke mana. Pengasuhannya seperti apa. Termasuk ketika memilihkan sekolah bagi anak-anaknya. Saya sendiri bersama pasangan sepakat untuk membawa keluarga ke arah “Keluarga Profetik”. Ke arah pengasuhan berbasis fitrah sesuai ajaran nabi. Praksisnya, kita ambil sumbernya dari beragam mata air pengasuhan yang selaras dengannya. Di sini, peran ayah tentu bukan sekadar mencari nafkah, karena kalau hanya itu, semua ayah di dunia melakukannya. Apa bedanya?

Dalam Al-Quran surat Ath-Tahrim ayat 6 disebutkan:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”

Begitulah kiprah utama seorang ayah, menjadi khalifah, minimal dalam keluarga. Berat. Tak hanya melulu bekerja keras banting tulang mencari nafkah untuk keluarga. Tidak, tak hanya sebatas itu. Lebih dari itu. Membawa keluarga menuju surgaNya. Mungkin tampak sederhana. Tapi, jalan terjal sudah menunggu untuk kita lalui bersama. Dengan apa? Cinta.

(Yons Achmad. Kolumnis. Tinggal di Depok)

No comment for Ayah Sebagai Khalifah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *