HOME
Home » Opini » Menanti Budaya Ilmu

Menanti Budaya Ilmu

Posted at April 12th, 2022 | Categorised in Opini

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai tradisi atau budaya ilmu. Sejarah sudah membuktikan kebesaran peradaban Mesopotamia, Mesir, Yunani, Romawi, Islam abad pertengahan dan peradaban Barat sekarang. Prof. Wan Mohd Noor Wan Daud dalam bukunya Budaya Ilmu menulis ada tiga ciri suatu masyarakat mempunyai budaya ilmu:

Pertama, setiap anggota masyarakat aktif melibatkan diri, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam kegiatan ilmu pada tiap kesempatan (active involvement of everyone, directly or indirectly, in knowledge-related activities).

Kedua, segala tindakan manusia di dalamnya, baik sebagai pribadi maupun secara kolektif masyarakat, bangsa dan umat, diputuskan dan dilaksanakan berdasarkan ilmu, melalui penyelidikan maupun musyawarah (knowledge based decision, preferences and actions become the standard practice).

Ketiga, ilmu -dalam masyarakat tersebut menempati kedudukan tertinggi dalam tatanan nilai setiap pribadi dan masyarakat di semua lapisan, yang di-ejawantahkan dengan penghargaan tertinggi kepada setiap individu yang melibatkan diri dalam kegiatan mencari, mendalami, mengembangkan dan menyebarkan ilmu (showing high regard for knowledge and its possesors and seekers, giving them total support and high reward). Di Barat, hal ini ditunjukkan dengan pemberian hadiah Nobel setiap tahun pada ilmuwan berprestasi.

Coba kita telisik masyarakat kita, apakah sudah berbudaya ilmu atau belum. Tak dapat dipungkiri, kita memang punya lembaga Riset Nasional terkemuka yang berisi orang-orang pintar, namun banyak kebijakan publik yang ditetapkan tidak berdasarkan ilmu. Bahkan kadang dipertontonkan dengan sengaja secara vulgar. Kehadiran pawang hujan di perhelatan MotoGP di Mandalika adalah salah satunya. Keputusan-keputusan penting kenegaraan yang diambil pada hari Rebu Pon, dan ini “dititeni” wartawan, juga termasuk di dalamnya. Belum lagi di pemerintahan tingkat daerah, termasuk beberapa perusahaan yang masih suka dg hal-hal berbau klenik.

Mari kita budayakan ilmu di setiap lapisan masyarakat terutama di tingkat atas. Keputusan publik harus diambil melalui riset atau musyawarah ahli ilmu. Speak by data, jangan asal bicara. Namanya juga kebijakan publik maka kepentingan-kepentingan publik harus diutamakan daripada kepentingan pribadi dan golongan. Kalau tidak, wajar masyakarat turun untuk berdemo. Efeknya, kalau hadir orang yang tidak disukai bisa bonyok dihajar massa.

Kalau pada era kita ini budaya ilmu tidak/belum bisa diwujudkan, semoga pada generasi berikutnya bisa terjadi. Generasi milenial jangan mengulangi kesalahan generasi-generasi sebelumnya, yang tidak menjadikan ilmu sebagai landasan kehidupan. Imam Syafii mengingatkan:

“Barangsiapa yang ingin sukses di dunia maka hendaklah meraihnya dengan ilmu. Barangsiapa yang ingin sukses di akhirat maka hendaklah meraihnya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang ingin sukses pada keduanya (dunia dan akhirat) maka hendaklah meraihnya dengan ilmu.”

(Budi Handrianto/ADABIMAGZ.COM)

No comment for Menanti Budaya Ilmu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *