Bagi sebagian orang, covid-19 menjadi a blessing in disguise. Covid-19 memaksa orang untuk berdaptasi secara cepat. Bekerja dari rumah, belajar dalam jaringan, beribadah dengan anggota keluarga. Melindungi diri dengan masker, mencuci tangan dengan sabun, menyemprotkan handsanitizier jika mendesak berkegiatan di luar rumah, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas serta menengadahkan tangan kepada Tuhan, meminta untuk disegerakan berakhirnya penyebaran virus ini.
Karena proses lockdown dibanyak tempat dan kegiatan maka menurut penelitian yang dilakukan Muhammad S, dkk tahun 2020 yang dipublikasikan dalam Science of Total Environment (Elsevier) ditemukan bahwa polusi udara mengalami penurunan sampai dengan 30%. Bumi mempunyai kesempatan untuk melakukan pembaharuan terhadap dirinya sendiri. Walau harus kita akui bersama dampak tak kalah dasyat adalah banyaknya yang terkena pukulan telak secara ekonomi. Dan lagi-lagi masih adanya nafas yang dimiliki menjadi a blessing in disguise bagi penduduk bumi, karena kita tahu bersama berapa yang tidak bisa bertahan hidup, meninggalkan keluarga, mendapat predikat baru sebagai anak yatim atau anak piatu tetapi malah ada yang yatim piatu, baik dari laporan yang dilansir media maupun yang ada di dekat kita, dengan kekuatan yang dimiliki makhluk Tuhan super nano yang baru ini selama pandemi.
Apa sebenarnya blessing in disguise itu? Hikmah dibalik sebuah peristiwa. Sebuah idiom dalam Bahasa Inggris yang berarti hal baik atau berkah yang didapat dari peristiwa yang tidak mengenakkan.
Alhamdulillah kita sudah berada dalam tahun Islam 1443 Hijriyah sejak bulan Agustus 2021 yang lalu, tanpa kurang suatu apa. Apakah datangnya bulan Muharram yang telah berlalu di masa pandemi itu termasuk dalam konsep a blessing in disguise? Pasti. Bulan yang diidentikkan dengan keberkahan pada anak yatim dan keberkahan bagi mereka yang mau melaksanakan beberapa hari puasa sunnah sebagai salah satu kegiatan penghambaan kepada Tuhan secara kaffah. Berta’awun, tolong-menolong dalam kebaikan, harus terus berjalan walau Tuhan memberi kita sedikit ketakutan akan tertular virus, kekurangan harta dan perlunya penyesuaian pada beberapa pos pengeluaran dalam keluarga.
Apa keberkahan bagi para pencari ilmu di masa pandemi? Tak perlu kita datang ke tempat ilmu itu berada, kita cukup membuka gawai atau laptop dengan kuota penuh dan jaringan yang stabil, sumber belajar dari Pulau Sumatera sampai Papua, bahkan negara di benua yang berbeda dari kita tinggal, dapat dengan mudah kita ikuti sesuai waktu yang sudah dijadwalkan. Agak sedikit berbeda memang rasanya mendatangi mereka yang berilmu untuk menyerap sari patinya dengan hanya menatap layar di dalam ruang kerja kita. Tak perlu mengedepankan rasa yang berbeda itu, yang terpenting adalah terus kita tanamkan dalam pikiran kita, mobilitas kita boleh jadi terbatas adanya, tetapi ilmu yang kita dapatkan harus luas. Pandemi covid-19 bukan menjadi penghalang, tetapi menjadi berkah karena teknologi kemudian mensupport penuh seluruh kegiatan kita.
Kita tahu ada beberapa lini yang tak baik-baik saja dalam masa pandemi ini. Banyak sektor perlu menambah pengeluaran tetapi pemasukan tidak mengalami kenaikan. Mari kita lihat sejak pandemi, negara harus merogoh anggaran lebih dalam untuk bisa memberikan dukungan penuh pada mereka yang bekerja di sektor kesehatan. Imbasnya, sektor lain yang dianggap bisa berkontribusi dalam pencegahan covid-19, dikurangi anggarannya. Kebijakan PSBB pun berganti nama menjadi PPKM, sebagai langkah konkrit mengurangi penyebaran virus. Di penghujung tahun 2021 ketika angka terkonfirmasi virus dan pelevelan pun sudah mengalami penurunan, ada kebijakan baru yang harus kita lalui karena media menginformasikan agar kita tetap waspada dengan kemungkinan munculnya varian baru.
Kabar duka terbaru, Semeru memuntahkan laharnya. Keadaan kita lapang atau sempit, keajegan untuk membantu harus terus terpelihara. Berkah terselubung dari kejadian Semeru adalah kesyukuran untuk mengucap alhamdulillah, masih bisa membantu walau hanya dengan sedikit harta, tidak terkena musibah secara langsung yang menguras air mata. Selamat berburu banyaknya blessing Tuhan di akhir tahun 2021 ini. Semoga setiap kita senantiasa mendapat keberkahan dalam setiap peristiwa yang Tuhan hadirkan untuk kita.
Afita Nur Hayati. Bekerja di UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Kabid Kader PW Nasyiatul Aisyiyah Kaltim
No comment for Spirit Mendapatkan Blessing in Disguise